Drop Down Menus CSS Drop Down Menu Pure CSS Dropdown Menu

Jumat, 27 Februari 2015

BRT TransSemarang

TransSemarang adalah sebuah layanan angkutan massal berbasis BRT (Bus Rapid Transit). Saat ini TransSemarang telah membuka 4 Koridor, yaitu Koridor 1 jurusan Mangkang - Penggaron, Koridor 2 jurusan Terboyo - Sisemut Ungaran, Koridor 3 jurusan Pelabuhan Tanjung Emas - Akpol, dan Koridor 4 Terminal Cangkiran - Bandara Ahmad Yani - Stasiun Tawang.

Bus Trans Semarang Koridor 1

Sejarah Bus

TransSemarang pernah diujicobakan pada 2 Mei 2009, bertepatan dengan hari jadi kota Semarang yaitu yang ke 462. Setelah ujicoba itu kabar peluncuran TransSemarang tak pernah terdengar lagi.
Setelah sekian lama tak terdengar, akhirnya TransSemarang diluncurkan pada tanggal 18 September tahun 2009.

Pengelola TransSemarang

BLU TransSemarang
Gedung Juang 45 Lt 7 Jl Pemuda No 163 Semarang.
Nomor Telepon: 024 86577898

Koridor Trans Semarang

Trans Semarang direncanakan akan ada 12 koridor diantaranya :
  • Koridor 1 : Mangkang - Penggaron (Beroperasi)
  • Koridor 2 : Terboyo - Terminal Sisemut (Beroperasi)
  • Koridor 3 : Pelabuhan Tanjung Mas - Jalan Sisingamangaraja (Akpol) (Beroperasi)
  • Koridor 4 : Terminal Cangkiran - Bandara Ahmad Yani - Stasiun Tawang (Beroperasi)
  • Koridor 5 : Penggaron - Terboyo (Belum Beroperasi)
  • Koridor 6 : Bandara Ahmad Yani - Terboyo (Belum Beroperasi)

Rute & Halte BRT Trans Semarang

Koridor I (Mangkang - Penggaron)

Trans Semarang koridor I diresmikan pada tanggal 18 September 2009. Koridor I ini menggunakan Bus Ukuran besar untuk melayani penumpang dari Terminal Mangkang sampai Terminal Penggaron.
  • Dari Mangkang : Terminal Mangkang - Pasar Mangkang – Sango - Kawasan Industri - Karanganyar (SMA 8) - Karpet - KTI - Taman Lele - Lapangan Tugu - PLN - RSUD Tugu – Pengadilan – Muradi – Cakrawala – Karangayu - ADA Pasar Bulu -Pasar Bulu - SMA 5 - Balai kota – Pandanaran - Gramedia - Simpang Lima - RRI Stasiun (Ahmad Yani I) - Mullo (Milo) - Beruang - ADA Majapahit - BLK - Pedurungan/Samsat - Zebra - Manunggal Jati - Pucang Gading - Terminal Penggaron.
  • Dari Penggaron : Terminal Penggaron – Bitratex - Pucang Gading - Manunggal Jati - Zebra – BLK - ADA Majapahit - Pasar Gayamsari - Kelinci - Mullo (Milo) – RRI - SPBU (Ahmad Yani II) - Simpang Lima - Gramedia - Pandanaran - SMA 5 - Balaikota - Pasar Bulu - ADA Pasar Bulu - Karangayu - Cakrawala - Muradi - Pengadilan - RSUD Tugu - PLN - Lapangan Tugu - Taman Lele - KTI - Karpet - Karanganyar (SMA 8) - Kawasan Industri - Sango - Pasar Mangkang - Terminal Mangkang.

Koridor II (Terboyo - Sisemut/Ungaran)

Trans Semarang Koridor II diresmikan pada Senin tanggal 1 Oktober 2012 oleh Plt Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Halaman Balai Kota Semarang Jalan Pemuda. Koridor II ini menggunakan Bus Ukuran Medium untuk melayani penumpang dari Ungaran sampai dengan Terminal Terboyo Semarang.
  • Dari Terboyo : Terboyo - RSI Sultan Agung - LIK - Kampoeng Semarang - Sawah Besar Kaligawe - Pasar Kobong - Raden Patah - Kota Lama - STIE BPD Jateng - Johar - Balai Kota - Katedral - RSUP Kariadi - Ngaglik - SPBU Gajahmungkur - Elizabeth - Kagok - Akpol - Don Bosko - Kesatrian - Pasar Jatingaleh - Bukitsari - Ngesrep/Tembalang - Ruko Setiabudi - SPBU Sukun - Banyumanik - Mega Rubber - Gedawang - BPK Jawa Tengah - Alun-alun Ungaran - Sisemut (Terminal Ungaran).
  • Dari Sisemut : Sisemut - Taman Unyil - BPK Jawa Tengah - Pudakpayung– KODAM - Terminal Banyumanik - ADA Setiabudi - TK Srondol - Ngesrep - Pasar Jatingaleh - Kesatrian - Don Bosco - Akpol - Kagok - Elizabeth - Taman Gajahmungkur - Ngaglik - RSUP Kariadi - RS Wira Bhakti Tama - SMAN 5 - Suzuki Pemuda - Johar - Layur – Stasiun Tawang - Pengampon - Penjaringan - Pasar Kaligawe - Kampoeng Semarang - SMP 4 - RSI Sultan Agung – Terboyo.

Koridor III (Pelabuhan - Akpol)

TransSemarang Koridor 3 Mulai beroperasi semenjak 1 November 2014, dan diresmikan penggunaannya oleh Bpk Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, pada tanggal 5 November 2014. Menggunkan Bus ukuran Medium seperti Koridor 2 dan 4.
  • Jalur A : Pelabuhan Tanjung Emas – Jl Ronggowarsito – Jl Pengapon – Jl R Patah – Sayangan – Bubakan – Jl Pattimura – Jl Dr Cipto – Jl MT Haryono – Jl Dr Wahidin – Jl Sultan Agung – Taman Diponegoro – Jl Diponegoro – Jl Pahlawan – Jl. Taman Menteri Supeno (SMA1/Taman KB) - Simpang Lima – Jl Gajahmada – Jl Pemuda – Tugu Muda – Jl Imam Bonjol – Jl Dr Jawa – Jl Tawang – Jl Ronggowarsito – Pelabuhan Tanjung Emas
  • Jalur B : Pelabuhan Tanjung Emas – Jl Ronggowarsito – Jl Pengapon – Jl R Patah – Jl Dr Jawa – Jl Imam Bonjol – Tugu Muda – Jl Pemuda – Jl Gajah Mada –Simpang Lima – Jl Pahlawan – Jl Diponegoro – Taman Diponegoro – Jl Sultan Agung – Jl Dr Wahidin – Jl MT Haryono – Bubakan – Jl Cenderawasih – Jl Letjen Suprapto – Jl Dr Jawa – Jl Tawang – Jl Ronggowarsito – Pelabuhan Tanjung Emas

Koridor IV (Terminal Cangkiran - Stasiun Tawang)

Trans Semarang Koridor IV diresmikan pada tanggal 2 Desember 2013. Pada awal peluncuran, koridor IV ini menggunakan armada bus berukuran besar namun atas masukan dari berbagai pihak, armada koridor ini diganti dengan bus berukuran medium. Koridor ini juga pada awal rencara hanya sampai Bandara Ahmad Yani namun dengan berbagai pertimbangan , mulai 1 Agustus 2014 jalur koridor ini diperpanjang sampai Stasiun Tawang.
  • Dari Cangkiran : Terminal Cangkiran - Jalan RM Hadi Soebeno - Jalan Dr Hamka - Jrakah - Jalan Urip Sumoharjo - Pengadilan - Muradi - Bandara Ahmad Yani - Cakrawala- Pasar Karang Ayu - Ada Siliwangi - Pasar Bulu - UDINUS - Stasiun Poncol - Layur - Stasiun Tawang
  • Dari Stasiun Tawang : Stasiun Tawang - Kota Lama - Stasiun Poncol - Balai Kota - Pasar Bulu - ADA Siliwangi Pasar Karang Ayu - Cakrawala - Bandara Ahmad Yani - Muradi - Pengadilan - Jalan Urip Sumoharjo - Jrakah - Jalan Dr Hamka - Jalan RM Hadi Soebeno - Terminal Cangkiran

Lokasi Halte Transit Trans Semarang

Halte Transit Trans Semarang adalah Halte yang khusus diperuntukkan bagi para penumpang yang ingin berpindah koridor/bis, dengan adanya Halte khusus ini, penumpang tidak perlu membayar lagi jika ingin berganti bis/koridor.
  • Halte SMA 5 Semarang (Koridor 1 dan 2)
  • Halte Balaikota Semarang (Koridor 1, 2, 3 dan 4)
  • Halte Stasiun Tawang (Koridor 2, 3 dan 4)
  • Halte Pengadilan (Koridor 1 dan 4)
  • Halte Pasar Karang Ayu (Koridor 1 dan 4)
  • Halte kota lama (Koridor 2 dan 4)
  • Halte Simpang Lima (Koridor 1, dan 3. Koridor 2 berlaku jika ruas Jalan Pemuda tempat Halte SMA 5 & Balaikota tidak dapat dilalui)

Jam operasional BRT Trans Semarang

Jam operasional: 05.30 (Bus pertama berangkat dari Pool) - 17.30 WIB (Bus terakhir berangkat dari Pool)

Tarif BRT Trans Semarang

  • Pelajar : Rp 1.000,-
  • Umum : Rp 3.500,-
Tarif sekali jalan, pindah koridor hanya pada halte transit tidak dikenakan biaya tambahan, pindah koridor tidak di halte transit akan dikenakan tarif normal.

Kota Semarang

Kota Semarang
Jawa 1rightarrow blue.svg Jawa Tengah
Kawasan Lawang Sewu
Kawasan Lawang Sewu
Lambang Kota Semarang
Lambang
Semboyan: Semarang Kota ATLAS
(Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat)
Lokasi Kota Semarang di Pulau Jawa
Lokasi Kota Semarang di Pulau Jawa
Kota Semarang is located in Indonesia
Kota Semarang
Lokasi Kota Semarang di Pulau Jawa
Koordinat: 6°58′0″LU 110°25′0″BT
Negara  Indonesia
Hari jadi 2 Mei 1547
Pemerintahan
 • Wali kota Hendrar Prihadi, S.E., M.M.
Area
 • Total 373.67 km2 (144.27 mil²)
Populasi (2006)[1]
 • Total 1.268.292 jiwa
 • Kepadatan 3.929/km2 (10,180/sq mi)
Demografi
 • Suku bangsa Jawa, Tionghoa, Arab, dll.
 • Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha
 • Bahasa Jawa, Indonesia
Zona waktu WIB
Kode telepon +62 24
Kecamatan 16
Flora resmi Asam jawa
Fauna resmi Kuntul perak
Situs web www.semarang.go.id
Logo Wisata "SEMARANG"
Kawasan Jalan Pahlawan Semarang pada tahun 2008.
Kawasan Tugu Muda
Simpang Lima Semarang dari udara
Kota Semarang (Hanacaraka: ꦑꦸꦛꦯꦼꦩꦫꦁ) adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.[2] Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi Kabupaten Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat keempat, setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya.> Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan Semarang ditandai pula dengan munculnya beberapa gedung pencakar langit di beberapa sudut kota. Sayangnya, pesatnya jumlah penduduk membuat kemacetan lalu lintas di dalam Kota Semarang semakin macet. Kota Semarang dipimpin oleh wali kota Hendrar Prihadi, S.E, M.M. Kota ini terletak sekitar 558 km sebelah timur Jakarta, atau 512 km sebelah barat Surabaya, atau 621 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara).[3] Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.Luas Kota 373.67 km2

Geografi

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk Kota Semarang bagian atas menjadikan daerah ini cukup padat. Fasilitas umum dan sosial yang mendukung aktivitas penduduk dalam bekerja maupun sebagai tempat tinggal juga telah terpenuhi. Banyumanik menjadi pusat pertumbuhan baru di Semarang bagian atas, dikarenakan munculnya aglomerasi perumahan di daerah ini. Dahulunya Banyumanik hanya merupakan daerah sepi tempat tinggal penduduk Semarang yang bekerja di Semarang bawah (hanya sebagai dormitory town). Namun saat ini daerah ini menjadi pusat aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan dan aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan perumahan baru banyak bermunculan di daerah ini, seperti Carefour, Mall Banyumanik, Ada Swalayan, Perumahan Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas pendidikan baik negeri maupun swasta, seperti Undip, Polines, Unika, dll, dengan dukungan akses jalan tol dan terminal moda yang memperlancar transportasi. Cepatnya pertumbuhan di daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah sering terkena bencana rob banjir.

Bandeng presto

Bandeng presto
Bandeng Presto Juwana.JPG
Bandeng presto
Informasi
Asal Indonesia
Daerah Pati, Semarang, Sidoarjo
Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan bandeng (Chanos chanos) yang dibumbui dengan bawang putih, kunyit dan garam. Asal mulanya ditemukan oleh Hanna Budimulya yang lahir di kota pati, Jawa Tengah dan akhirnya menjadi ikon besar Kota Semarang.
Ikan bandeng ini kemudian dimasak pada alas daun pisang dengan cara presto. Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak.

Perkembangannya

Bandeng Presto ditemukan pada tahun 1977 oleh Hanna Budimulya yang berkelahiran Pati.[butuh rujukan] Pada awalnya Bandeng Presto dibuat dalam skala kecil untuk kalangan sempit saja. Namun karena digemari banyak orang, produksi Bandeng Presto semakin berkembang dan menjadi Oleh-oleh khas dari Kota Semarang.

POST OLEH : EDEN WAWI 9I/14

Wingko babat

Wingko
Wingko Babat Semarang.JPG
Wingko babat
Informasi
Asal Indonesia
Daerah Babat (Lamongan)
Wingko atau sering disebut juga Wingko babat adalah makanan tradisional khas Indonesia. Wingko adalah sejenis kue yang terbuat dari kelapa dan bahan-bahan lainnya. Wingko sangatlah terkenal di pantai utara pulau Jawa. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue. Di pulau Jawa, Wingko juga sering menjadi oleh-oleh untuk keluarga, yang menjadikan kue ini terkenal.
Wingko biasanya berbentuk bundar dan agak keras serta biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.
Wingko yang paling terkenal dibuat di Semarang. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat. Ini adalah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur. Babat terletak di dekat Bojonegoro, Jawa Timur yang terkenal akan kayunya dan karena baru saja ditemukan sumber minyak di daerah ini.
Di Babat, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar tempat ini.
Saat ini wingko adalah makanan yang terkenal di Babat dan Semarang dengan berbeda merek dan besar yang dijual. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.
POST OLEH : LEONARD HARTADI 9I/29

Lumpia Semarang


Lumpia semarang.
Lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang.
Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini mulai dijajakan dan dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Variasi

Dewasa ini, terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa yang berbeda. Pertama aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga aliran ini berasal dari satu keluarga Siem Gwan SingTjoa Po Nio yang merupakan menantu dan putri tunggal pencipta lumpia Semarang, Tjoa Thay Yoe–Wasih dan yang terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus (Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia nya bulat-bulat dan gurih
Aliran keempat adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.
Generasi tertua saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11. Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran telur dan udangnya tidak amis.
Lumpia buatan generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.
Kekhasan lumpia Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur udang dan ayam.
Adapun generasi keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono) di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta. Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios lumpia sendiri di Semarang.
Selain keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres, Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan Gajah Mada, Semarang.

Harga

Harga lumpia yang dijual para pedagang tersebut berbeda-beda. Kios lumpia Gang Lombok milik Siem Swie Kiem, misalnya, menjual dengan harga Rp 10.000 per biji (goreng/basah). Kios di Jalan Pemuda milik Mbak Lien menjual dengan harga Rp 8.000 per biji. Sedangkan pedagang-pedagang lumpia lain menjual dengan harga sekitar Rp 7.000 per biji.

POST OLEH : NICOLAS ENRICO 9I/32

Kawasan Pecinan Semarang

Kawasan Pecinan Semarang memiliki sejarah yang tidak kalah panjang dengan Kawasan Kota Lama Semarang, kawasan ini menjadi salah satu pemegang pengaruh besar terhadap pembentukan Kota Semarang dan memiliki nilai historis yang tidak lekang dimakan waktu serta berpontensi sebagai salah satu kawasan wisata budaya. Awal terbentuknya kawasan Pecinan ini dikarenakan pemberontakan orang Tionghoa di daerah batavia pada tahun 1740 kepada kompeni Belanda, namun berhasil digagalkan di tahun 1743. Ketakutan Belanda terhadap kaum Tionghoa inilah yang kemudian membuat Belanda memindahkan orang Tionghoa di Semarang yang dulunya tinggal di daerah Gedong Batu ke kawasan sekarang ini. Tujuannya agar Belanda mudah mengawasi pergerakan dari orang – orang Tionghoa karena berdekatan dengan Tangsi Militer milik Belanda yang terletak di Jl. KH.Agus Salim atau Jurnatan (sekarang menjadi Miramar Restaurant). Sebagai sebuah kawasan yang pernah menjadi pusat perdagangan dan jasa kaum Tionghoa pada jaman dahulu, Pecinan Semarang memiliki potensi ekonomi, sosial, dan budaya yang sangat kuat. Kawasan ini sudah dipertegas oleh Pemerintah kota Semarang masuk dalam daftar kawasan revitalisasi melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota No 650/157 tanggal 28 Juni 2005 mengatur tentang Revitalisasi Kawasan Pecinan, dan sekaligus sebagai pusat wisata budaya Tionghoa di kota Semarang.
foto : gapura masuk kawasan Pecinan dari jalan Kranggan.

Batas Wilayah Kawasan Pecinan.
> Batas Utara : Jl. Gang Lombok (Klenteng Tay Kak Sie)
> Batas Timur : Kali Semarang
> Batas Selatan : Kali Semarang, Jl. Sebandaran I
> Batas Barat : Jl. Beteng
Aksesibilitas Kawasan Pecinan.
Untuk dapat mencapai kawasan Pecinan ini setidaknya ada 4 jalan utama yang langsung membawa Anda berada di kawasan Pecinan Semarang, yaitu :
> dari jalan KH. Agus Salim (Jurnatan) masuk ke jalan Pekojan akan tembus ke jalan Gang Pinggir.
> dari jalan Jagalan ke jalan Ki Mangunsarkoro tembus ke jalan Gang Pinggir.
> dari jalan Gajahmada ke jalan Kranggan lalu masuk lewat jalan Beteng.
> dari jalan Gajahmada ke jalan Wotgandul lalu lewat jalan Wotgandul Timur.
Kawasan Pecinan Semarang terkenal sebagai Kawasan Pecinan dengan 1001 Klenteng, karena di kawasan ini terdapat 9 Klenteng yang masing – masing memiliki keunikannya sendiri.
      • Kelenteng Siu Hok Bio, 1753 | Jl. Wotgandul Timur No.38
      • Kelenteng Tek Hay Bio/Kwee Lak Kwa, 1756 | Jl. Gang Pinggir No.105-107 (menghadap jl. Sebandaran)
      • Kelenteng Tay Kak Sie, 1771 | Jl. Gang Lombok No.62
      • Kelenteng Kong Tik Soe, bagian dari Klenteng Tay Kak Sie. | Jl. Gang Lombok
      • Kelenteng Hoo Hok Bio, 1779 | Jl. Gang Cilik No. 7, Telepon : (024) 356.7612
      • Kelenteng Tong Pek Bio, 1782 | Jl. Gang Pinggir No.70
      • Kelenteng Wie Hwie Kiong, 1814 | Jl. Sebandaran I No.26
      • Kelenteng Ling Hok Bio, 1866 | Jl. Gang Pinggir No.110 (menghadap jl. Gang Besen)
      • Kelenteng See Hoo Kiong/Ma Tjouw Kiong, 1881 | Jl. Sebandaran I No.32
Kawasan Pecinan Semarang memiliki beberapa aktifitas masyarakat yang dapat dikatakan semua masyarakat kota Semarang mengetahuinya, seperti :
      • Pasar tradisional Gang Baru, dinamakan sesuai nama jalan itu sendiri dan terletak diantara jalan Wotgandul dan jalan Gang Warung, pasar Gang Baru dapat dikunjungi setiap hari di pagi hari mulai pukul 05.00 sampai selesai.
      • Waroeng Semawis, aktifitas wisata kuliner di semarang, dimana aneka jajanan makanan dan minuman dijajakan sepanjang jalan Gang Warung yang berlangsung setiap hari jumat, sabtu dan minggu mulai sore hari sekitar jam 18.00 sampai selesai.
      • Pasar Imlek Semawis, kegiatan event ini masuk dalam agenda tahunan wisata kota Semarang dan diadakan selama 3 hari dalam rangka  menyambut tahun baru Imlek.
Kawasan Pecinan Semarang ini berdekatan dengan Kawasan Kota Lama Semarang (Little Netherlands), Komplek Jurnatan (pusat perdagangan di kota Semarang), Pasar Tradisional Johar (salah satu bangunan yang memiliki desain arsitektur terbaik dijamannya karya Herman Thomas Karsten).
Peta Kawasan Pecinan Semarang :
 
















 POST OLEH : EDEN WAWI 9I/14 

Simpang Lima Semarang



Pemandangan Simpang Lima dari udara
Simpang Lima Semarang adalah sebuah lapangan yang berada di pusat kota Semarang. Lapangan ini disebut juga Lapangan Pancasila[1]. Simpang lima merupakan pertemuan dari lima jalan yang menyatu, yaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada dan Jl A Dahlan. Di sekitarnya berdiri hotel-hotel berbintang dan pusat perbelanjaan. Diantaranya Hotel Ciputra, Hotel Horison, Hotel Graha Santika, Mall Ciputra, E Plaza, Plaza Simpang Lima, Living Plaza, @Hom Hotel, Holiday Inn Expres, Warhol Apartemen dan Condotel (sedang konstruksi). Lapangan ini merupakan pusat keramaian warga Semarang setiap hari Sabtu-Minggu. Terutama pada hari minggu pagi tempat ini hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan bersepeda.
Simpang Lima dijadikan sebagai pusat Alun-alun Semarang berdasarkan atas usulan Presiden RI pertama kali yaitu Ir. Soekarno dengan alasan Pusat alun-alun yang semula berada di Kawasan Kauman telah beralih fungsi menjadi Pusat Perbelanjaan. Rencana pembangunan Lapangan Pancasila waktu itu dipilih di ujung jalan Oei Tiong Ham (Jl Pahlawan). Lapangan Pancasila kemudian dapat terbangun pada tahun 1969.
Saat ini Lapangan Pancasila sudah menjadi landmark kota Semarang merupakan ruang terbuka yang biasa digunakan oleh masyarakat Semarang untuk beraktifitas. Kota Semarang sendiri menjadi identik dengan Simpang Lima, karena pusat kegiatan dan keramaian berada disini.[2]
Lapangan Simpang ini biasanya pada hari Minggu di padati oleh pengunjung yang ingin berolahraga, jalan-jalan, dan aktivitas lainnya.
Apalagi disaat menjelang pergantian tahun, Simpang Lima Semarang menjadi pusat perayaan pergantian Tahun. Biasannya di Simpang Lima Semarang ini diadakan pesta kembang api dan konser musik.

POST OLEH: LEONARD HARTADI 9I/29

Lawang Sewu

Lawang Sewu
Lawang sewu.jpg
Lawang Sewu tahun 2011
Informasi umum
Status Berubah menjadi museum
Alamat Jalan Pemuda
Kota Semarang
Negara  Indonesia
Koordinat 6°59′2,13″LU 110°24′38,28″BT
Peletakan batu 1904
Selesai 1919
Dibuka 1907
Pemilik PT Kereta Api Indonesia
Rincian teknis
Jumlah lantai 3
Desain dan konstruksi
Arsitek C. Citroen
Firma arsitektur J.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag

Lawang Sewu

Gedung Lawang Sewu pada tahun 1920–an
Lawang Sewu (bahasa Indonesia: seribu pintu) adalah gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero

Sejarah

Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat NIS). Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat pesat, mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak sedikit seiring berkembangnya administrasi perkantoran.
Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi sementara yang justru menambah tidak efisien. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal).
NIS mempercayakan rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke Kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangani di Amsterdam tahun 1903.

POST OLEH : NICOLAS ENRICO 9I/32

Kota Lama Semarang


Kota Lama Semarang
Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20 . Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.[1]
Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "Little Netherland". Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. ==Bangunan di Kota Lama Semarang== Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah
Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberinama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah Belanda memindahkan pemukiman Cina pada tahun 1731 di dekat pemukiman Belanda, untuk memudahkan penga- wasan terhadap segala aktifitas orang Cina. Oleh sebab itu, Benteng tidak hanya sebagai pusat militer, namun juga sebagai menara pengawas bagi segala aktifitas kegiatan orang Cina.

Mercusuar


Prangko Mercusuar Semarang
Dibangun pada tahun 1884. Pembangunan mercusuar ini berkaitan dengan pembangunan kota Semarang sebagai kota Semarang sebagai kota Pelabuhan oleh Pemerintah kolonial untuk pengangkutan ekspor gula ke dunia. Pada masa abad XIX Indonesia waktu itu bernama Hidia Belanda pernah menduduki peringkat kedua sebagai penghasil gula dunia. Bangunan Mercusuar ini adalah satu-satunya di Jawa Tengah. Mercusuar ini berada di Pelabuhan Tanjung Emas

Stasiun Semarang Tawang

Stasiun Tambak Sari di Jalan Pengapon, dibangun oleh (NEDERLANDSCHE INDISCHE SPOORWEGMAATSCHARIJ), Diresmikan OLEH Gubenur Jenderal MR. BARON SLOET VAN DE BEELE. Stasiun ini menggantikan stasiun sebelumnya dibangun pada 16 Juni 1864 sampai dengan 10 Februari 1870 yang melayani jalur Semarang - Jogja - Solo.
Karena Stasiun itu tidak memenuhi syarat lagi, karena bertambahnya volume pengangkutan maka dibangunlah Stasiun Tawang. Arsitek gedung ini adalah JP DE BORDES. Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur yang Indische yang sesuai dengan kondisi daerah tropis. bangunan ini mempunyai sumbu visual dengan Gereja Blenduk sehingga menambah nilai kawasan. Bangunan ini termasuk "tetenger" Kota Semarang.

Gereja Blenduk Semarang

Berusia lebih dari 200 tahun dan dijadikan "tetenger" (Landmark) kota Semarang. Terletak di Jalan Let Jend. Suprapto no.32. Dinamai gereja Blenduk karena dibagian atas 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja NEDERLANDSCHE INDISCHE KERK.
Gedung ini diperbaiki lagi pada tahun 1756, 1787, dan 1794. Pada tahun 1894 bangunan ini dirombak seperti keadaan sekarang. Arsitek pembangunan ini adalah HPA DE WILDE dan WWESTMAS. Keberadaan gereja ini berperan besar terhadap perkembangan agama kristen di Semarang

Susteran Ordo Fransiskan

Terletak di Jl. Ronggowarsito no. 8.Yayasan ini adalah milik katholik. Semula pada tahun 1808 Pastur LAMBERTS PRINSEN memprakarsai pendirian rumah yatim piatu Katholik untuk putra diberi nama WEESHUIS.
Pada tahun 1870 datang sekelompok suster dari Ordo FRANSISKAN ke Semarang. Lalu seorang arsitek bangsa Belanda M. NIESTMAN Merancang bangunan di lokasi tersebut untuk susteran. Bangunan ini dimulai pada tanggal 16 Pebruari 1906. Pada tanggal 15 Juni 1915 Asrama untuk anak-anak putra pindah ke lokasi baru yaitu di Jl. Dr.Wahidin saat ini, sedangkan lokasi tersebut digunakan khusus untuk susteran. Penggunaan tanah ini untuk Kapel Susteran, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Balai Pengobatan. Komplek ini memanjang dari Jl. R. Patah sampai Jl. StaSIUN Tawang. Sebelum kemerdekaan bangunan ini pernah digunakan untuk markas tentara GURKHA

Jembatan Mberok

Jembatan ini merupakan penghubung utama antara jalan Pemuda dan Jalan Mpu Tantular, dibangun tahun 1705. Pada waktu itu, dilokasi Kota Lama yang disebut juga OUDSTADT dibagun benteng berbentuk segi lima, dinamai Benteng VIJHOEK, salah satu pintu gerbang benteng ini adalah Jembatan Berok yang waktu itu bernama DEZUIDER PORT.
Kemudian nama Jembatan ini berubah menjadi GOUVERNEMENTSBRUG. Nama ini didapat karena lokasinya berdekatan kantor Balai Kota, yang berlokasi di Gedung KeuanganGEDUNG PAPAK saat ini. Beberapa tahun kemudian, jembatan ini berganti nama dengan SOCIETEITSBRUG.
Hal ini terjadi karena didekat jembatan tersebut berdiri Gedung Kesenian SOCIETEIT DE HARMONIE, berlokasi di Bank Eksim saat ini. Tahun 1824 dengan dibongkarnya dindin benteng VIJHOEK, jembatan ini mempunyai arti yang penting. Tahun 1910 jembatan ini diperbaiki dengan diberi lampu penerangan. Perbaikan besar terakhir dilaksanakan pada tahun 1980. Dinamai jembatan "BEROK" karena orang pribumi tidak bisa melavalkan kata "BURG" yang dalam bahasa Belanda berati jembatan.

Bank Export Import Indonesia

Terletak di Jl. Mpu Tantular 19 - 21 Semarang dibangun pada tahun 1908. Pada awal pembangunan, dilokasi ini berdiri suatu gedung pemerintahan yang disebut juga GOUVERNEMENTS. Namun pada tahun 1756 digunakan untuk gedung kesenian SOCIETEIT DE HARMONIE.
Setelah tahun 1908 dengan berpindahnya gedung kesenian ini ke lokasi baru yaitu Jalan Pemuda saat ini bekas Gedung GRIS,di lokasi tersebut dibongkar dan didirikan bangunan baru dan digunakan untuk NEDERLANDSCHE HENDEL MAATSCHAPPU. Setelah masa kemerdekaan Indonesia gedung ini ditempati oleh MARGA BHAKTI, yang kamudian di pindah tangankan ke BANK EXIM dan PT. PANTJA NIAGA.

PT Djakarta Lloyd

Terletak di Jalan Mpu Tantular 23 Pemilik saat ini adalah PT Djakarta Lloyd (Persero). Arsitek bangunan ini adalah Herman Thomas Karsten setelah mendapat tugas dari Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN) suatu usaha di bidang pengangkutan kapal laut.
Dilihat dari bangunan ini nampak sudah beradaptasi dengan kondisi daerah tropis, yaitu mengutamakan pencahayaan dan ventilasi.

PT Pelni

Terletak di Jalan Mpu Tantular 27 dibangun pada awal abad XX. Semula bangunan ini ditempati oleh NV BOUWMAATSCHAPIJ. yaitu perusahaan yang bergerak di bidang Ekpedisi Muatan Kapal Laut.
Gedung ini berada di tepi sungai, karena pada waktu itu sungai tersebut dapat dilayari kapal dengan ukuran yang besar, sehingga kapal dapat merapat dan melakukan bongkar muat didepan kantor.

PT Perkebunan XV


Gedung PT Perkebunan XV di Kota Lama
Bangunan ini berbentuk Eropa dengan tambahan 2(dua) menara disamping kiri dan kanan bangunan dibangun pada awal XIX dan digunakan untuk NV CULTUUR MAATSCHAPIPIJ DER VORSTENLANDEN yaitu perusahaan Belanda yang bergerak di bidang perkebunan dan pertanian.
Perusahaan ini membuka cabang di Semarang pada tahun 1888. Pendirian perusahaan ini berkaitan dengan sejarah tanam paksa ( Cultur Stelsel ) di Hindia Belanda.

Kantor Gabungan Koperasi Batik Indonesia

Terletak di Jalan Mpu Tantular 29. Berdiri pada tahun 1930-an. Gedung ini didirikan untuk Koperasi Pengusaha Batik pada waktu itu mengingat pada zaman dahulu batik juga telah diekspor ke luar negeri.
Tanggal 4 Mei 1897 diresmikan sejak awal Gabungan Pengusaha Batik berdiri di Indonesia. Bangunan ini mengadaptasi untuk kondisi udara tropis.

POST OLEH : EDEN WAWI 9I/14